Selubung kelabu perlahan menyelusup celah-celah dinding kalbu. Lembut usapan angin nan mendayu-dayu. Ditutupnya jendela, tempat anak-anak tanya liar berterbangan. Atapun selimut itu; pelarian diri dari bayang-bayang. Hangatnya yang tak pernah terbalaskan malam. Lalu disandarkannya raga pada dinginnya dinding. Kian menggigil. Nada-nada sendu memeluk erat, enggan melepaskan. Di antara suka dan duka, di antara harap dan nyata menekur tertinggalkan waktu. Pikiran dan perasaan telah menjadi tambahan beban, menghisap segala dari tubuh. Hari telah malam dan lampu berpancaran di mana-mana. Hanya pikiran diri juga yang tanpa terang. Ruangan ini adalah tempat meneduh --- hujan yang tak kunjung berkesudahan.
Menulis adalah cara berteriak dalam sunyi.