Ah, Bandung;
Di dalamnya, hingar-bingar memadati tiap-tiap sudut. Saat langit menjadi biru, saat khayal mengepul merayu-rayu waktu. Berharap keajaiban melengkapinya ---- manusia.
Lalu, matahari terbenam di peraduannya. Menenggalamkan tetes keringat lara. "Kembalikan senja kami!" teriak anak kecil sambil merengek-rengek.
Seiring bertambahnya usia, mungkin kita mulai menjadi pelupa. Luput dari benak, di sini, semua diciptakan dengan batas. Dan kita, tak pernah mengerti mengapa tarian nasib tak bergerak seirama. Gumam pertanyaan melengkapi hidup kita. Kita tak akan bisa melewati batas ketidakmungkinan itu, nak.
Di dalamnya, hingar-bingar memadati tiap-tiap sudut. Saat langit menjadi biru, saat khayal mengepul merayu-rayu waktu. Berharap keajaiban melengkapinya ---- manusia.
Lalu, matahari terbenam di peraduannya. Menenggalamkan tetes keringat lara. "Kembalikan senja kami!" teriak anak kecil sambil merengek-rengek.
Seiring bertambahnya usia, mungkin kita mulai menjadi pelupa. Luput dari benak, di sini, semua diciptakan dengan batas. Dan kita, tak pernah mengerti mengapa tarian nasib tak bergerak seirama. Gumam pertanyaan melengkapi hidup kita. Kita tak akan bisa melewati batas ketidakmungkinan itu, nak.
Komentar
Posting Komentar