Langkah saya terhenti di jembatan penyebrangan yang umum digunakan masyarakat di sini. Sejenak, saya menengok sekitar. Terlihat jelas, sekumpulan kendaraan saling bergerombol bersama para pengemudinya untuk sampai di tujuannya masing-masing.
Ya, langkah kita terpisahkan oleh tujuan masing-masing. Sebagian mungkin sudah tidak sabar menikmati hangatnya pelukan keluarga tercinta, atau mungkin juga tergesa-gesa untuk segera bersua dengan kawan-kawannya. Beberapa masih ada yang berusaha mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk menyambung rantai hidup. Seperti pedagang kopi keliling di sudut sana yang masih menanti dagangannya diserbu orang-orang.
Sedangkan saya. Di sini, termenung mencari-cari jati diri. Berada dalam jebakan usia. Berbekal tekad yang kuat berusaha mencari jalan untuk menopang hidup sendiri. Orang-orang berlalu lalang. Mungkin mereka tidak pernah tau dan tak pernah ingin tau apa tujuan saya berdiri di atas tanah ibu kota. Ya, mereka tak peduli dengan sekeras apa benturan yang saya rasakan hingga saya sampai di sini. Tak peduli sedalam apa lubang yang telah saya selami. Tak pernah peduli sebanyak apa duri yang mencabik batin ini. Yang mereka tau hanyalah ada seorang pemuda berdiri di atas tanah ibu kota yang sedang asik memandangi jalanan sana.
Sudahlah, mereka bebas menilai. Mari lanjutkan perjuangan ini.
Komentar
Posting Komentar