Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Seorang Lelaki Dengan Rokok Di Tangannya

Di celah bumi, seorang lelaki berjalan bersama sebatang roko di tangannya. Terjerat perangkap malam, yang selalu datang bersama dengan sunyi. Langkahnya rapuh.. namun yang dia tau hanyalah melangkah dan terus melangkah. Sesekali dia menutup telinga. Bebannya terasa kian menderu-deru. Dipikulnya dengan dua buah pundak! Sampailah lelaki tersebut di persimpangan jalan. Tatapannya kosong. Untuk sebuah senyum pun ia masih enggan. Sebentar... apa yang dia pikirkan? Belum habis pertanyaan itu, dia jatuhkan sebatang rokok yang sudah habis membakar dirinya sendiri. Diinjakan kakinya sebelum dia kemudian berlalu. Kali ini, dia berhenti di bawah pohon besar. Disandarkannya badan yang nampak terkurai lemas. Lagi-lagi, sebatang rokok singgah di tangannya, sebelum mulutnya menghisap racun di dalamnya. Kemudian.. kepalanya tengadah memperhatikan langit sana. Kali ini dia tersenyum. Hay tuan, apa enaknya tenggelam dalam khayal? Sudahlah, rebahkan tangguhmu. Malam terlalu kejam untuk kau la

Segelas Kopi Pertama

Segelas kopi pertama di hari ini.. Hari masih terlalu dini untuk dilalui oleh segelintir manusia. Lihat saja, di luar sana jalanan masih bisu, menyepi menanti lampu jalanan dimatikan. Langkah-langkah tersapu debu-debu yang perlahan hilang. Kemarin malam, langit mengguyur kota; menenggelamkan tetesan duka. Semua, telah berlalu bersama waktu dan tanda tanya yang mengikuti, ataupun penyesalan di sebaliknya. Berteriak keras di dalam dinding hati, lantang namun tak ada yang mendengar. Segelintir manusia menunggu hari yang baru tiba, melepaskan rantai yang membelenggu dengan harapan yang siap mengudara. Segelas kopi pertama di hari ini terdiam di sudut ruangan. Tanpa tanda tanya, tanpa penyeselan, dia perlahan hilang.  Merelakan dirinya dibiarkan habis tak tersisa. Di sini, di ruangan ini, aku sedang sibuk merangkai mimpi. Dengan ucapan-ucapan permintaan yang perlahan keluar dari celah bibir kepada yang Maha Kuasa,  mengalun merdu di antara kesunyian yang masih saja merasa angkuh