Dengan mengatas namakan kemeredekaan,
Mereka berkicau semaunya.
Kenyataan bukanlah sebuah acuan.
Bisikkan-bisikkan tertiup angin,
Singgahlah di kuping para pendengar.
Punggung menyimak dalam senyap.
Kemunafikan bersembunyi dibalik raut-raut wajah.
Ah, pujian dijadikan kedok cacian.
Nampak nista,
Kapalmu karam di tengah lautan dosa.
Namun dengan lantang memaki semesta.
Ironi.
Komentar
Posting Komentar