Waktu menunjukan pkl 03:52 wib.
Beberapa orang masih bergulat dengan hangatnya selimut.
Ada juga yang memilih untuk menikmati dinginnya hembusan angin Bandung saat itu.
Saya, memilih untuk tetap terjaga, sekedar ingin berbagi cerita dalam dunia maya.
Ditemani segelas coklat panas, dan beberapa batang nikotin.
Sengaja, agar tak terasa sepi disini.
Suara langkah kaki terdengar samar dari sebalik pintu, langkah yang sudah tidak asing lagi ketika adzan subuh pertama hendak berkumandang.
Ya, itu adalah suara langkah Ibu.
Dengan pola tidur yang teratur, selalu memulai menjalani hari terlebih dahulu dari semua anggota keluarga kecilnya ini.
Dimulai dengan membersihkan rumah, menyalakan mesin cuci, lalu merubah beras menjadi nasi adalah beberapa kegiatan Ibu sebelum sang fajar terbangun dari tidurnya.
Sedangkan saya, seorang pemuda saat itu hanya terdiam diatas kasur kecil bersama mimpi-mimpinya. Menikmati lantunan lagu dan berdendang pelan mengikuti irama.
Bukan, bukan tidak berguna. Hanya saja belum tiba saat nya.
Ibu,
Kau tau aku bukanlah sekedar seonggok daging dengan nama.
Tolong, jangan ragukan mimpi-mimpiku.
Aku sedang membangun anak tangga, yakinkan tiap pijakannya.
Ada asa yang begitu nyata disana.
Ibu,
Tunggu sejenak hingga matangnya usia, selepas melempar toga.
Aku ingin sekali berkelana.
Saat dimana orang-orang berkata hidup baru saja tiba.
Memang, waktu berjalan terlalu cepat.
Apa yang sebenarnya ia kejar?
Ah entahlah. Kita tidak pernah membuat kesepakatan sebelumnya.
Seketika umur menginjakkan kakinya di kepala dua, meninggalkan indahnya sisi remaja.
Kelak aku ingin hidup dalam pusaran kebahagiaan, bersamamu tentunya.
Walau arus kehidupan terkadang begitu kencang, aku akan berjuang.
Lantunan do'a mu adalah tameng bagiku, Ibu.
Yakinilah.
Beberapa orang masih bergulat dengan hangatnya selimut.
Ada juga yang memilih untuk menikmati dinginnya hembusan angin Bandung saat itu.
Saya, memilih untuk tetap terjaga, sekedar ingin berbagi cerita dalam dunia maya.
Ditemani segelas coklat panas, dan beberapa batang nikotin.
Sengaja, agar tak terasa sepi disini.
Suara langkah kaki terdengar samar dari sebalik pintu, langkah yang sudah tidak asing lagi ketika adzan subuh pertama hendak berkumandang.
Ya, itu adalah suara langkah Ibu.
Dengan pola tidur yang teratur, selalu memulai menjalani hari terlebih dahulu dari semua anggota keluarga kecilnya ini.
Dimulai dengan membersihkan rumah, menyalakan mesin cuci, lalu merubah beras menjadi nasi adalah beberapa kegiatan Ibu sebelum sang fajar terbangun dari tidurnya.
Sedangkan saya, seorang pemuda saat itu hanya terdiam diatas kasur kecil bersama mimpi-mimpinya. Menikmati lantunan lagu dan berdendang pelan mengikuti irama.
Bukan, bukan tidak berguna. Hanya saja belum tiba saat nya.
Ibu,
Kau tau aku bukanlah sekedar seonggok daging dengan nama.
Tolong, jangan ragukan mimpi-mimpiku.
Aku sedang membangun anak tangga, yakinkan tiap pijakannya.
Ada asa yang begitu nyata disana.
Ibu,
Tunggu sejenak hingga matangnya usia, selepas melempar toga.
Aku ingin sekali berkelana.
Saat dimana orang-orang berkata hidup baru saja tiba.
Memang, waktu berjalan terlalu cepat.
Apa yang sebenarnya ia kejar?
Ah entahlah. Kita tidak pernah membuat kesepakatan sebelumnya.
Seketika umur menginjakkan kakinya di kepala dua, meninggalkan indahnya sisi remaja.
Kelak aku ingin hidup dalam pusaran kebahagiaan, bersamamu tentunya.
Walau arus kehidupan terkadang begitu kencang, aku akan berjuang.
Lantunan do'a mu adalah tameng bagiku, Ibu.
Yakinilah.
Komentar
Posting Komentar